Segala puji hanya bagi Allah Yang
menciptakan, menjadikan, dan membaguskan segala sesuatu, termasuk air
dan tanah. Tidak tersembunyi dalam pandangan-Nya langkah semut kecil di
tengah malam. Dan tidak ada yang samar dari ilmu-Nya sebutir atom pun
yang ada di langit dan di bumi.
لَهُ ما فِى السَّمٰوٰتِ
وَما فِى الأَرضِ وَما بَينَهُما وَما تَحتَ الثَّرىٰ ﴿٦﴾ وَإِن تَجهَر
بِالقَولِ فَإِنَّهُ يَعلَمُ السِّرَّ وَأَخفَى ﴿٧﴾ اللَّهُ لا إِلٰهَ
إِلّا هُوَ ۖ لَهُ الأَسماءُ الحُسنىٰ ﴿٨﴾
“Kepunyaan-Nya-lah semua yang ada di
langit, semua yang di bumi, semua yang di antara keduanya dan semua
yang di bawah tanah. Dan jika kamu mengeraskan ucapanmu, maka
sesungguhnya Dia mengetahui rahasia dan yang lebih tersembunyi. Dialah
Allah, tidak ada yang berhak diibadahi melainkan Dia, Dia mempunyai
al-Asmaa-ul Husnaa (nama-nama yang baik).” (QS. Thaaha: 6-8)
Dia telah
menciptakan Adam dan memberikan cobaan kepada-nya, kemudian memilih,
mengampuni, dan memberinya petunjuk. Dia telah mengutus Nuh yang
kemudian membuat kapal yang berlayar di atas perintah-Nya. Dia Yang
menyelamatkan al-Khalil (Ibrahim ‘Alaihissalam) dari api, dengan
mengubah panasnya menjadi dingin dan keselamatan, maka ambillah
pelajaran terhadap apa yang telah terjadi. Dia yang memberi sembilan
mukzizat kepada Musa, tetapi Fir’aun tidak juga mengambil pelajaran dan
bertaubat. Dia telah menolong ‘Isa dengan berbagai mukzizat yang
melebihi dan mengalahkan para mahluk. Dan Dia-lah yang menurunkan
al-Kitab yang berisi penjelasan dan petunjuk kepada Muhammad shallallahu
‘alaihi wasallam.
Aku memuji-Nya atas kesinambungan
nikmat-nikmat-Nya yang datang silih berganti. Dan kuucapkan shalawat dan
salam kepada Nabi-Nya yang diutus di Ummul Qura’ (Makkah). Semoga
shalawat dan salam dari Allah senantiasa tercurah kepada beliau, dan
kepada Sahabat beliau Abu bakar yang telah menemani beliau dalam goa
tanpa menyanggah. Kepada ‘Umar, Sahabat yang pemikirannya diberi ilham,
sehingga ia memandang dengan cahaya dari Allah. Kepada ‘Utsman, suami
dari dua orang putri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, suatu
fakta yang tidak bisa didustakan. Kepada ‘Ali anak paman beliau, lautan
ilmu dan singa padang pasir, serta kepada seluruh keluarga dan Sahabat
beliau yang keutamaan mereka telah tersebar di kalangan para mahluk.
Saudara-saudaraku, bulan mulia dan musim
yang agung telah menaungi kita. Saat dimana Allah memperbesar pahala,
melipatgandakan pemberian, dan membuka pintu-pintu kebaikan bagi
orang-orang yang menginginkannya. Bulan yang penuh dengan berbagai
kebaikan, keberkahan, dan pemberian.
Allah subhanahu wata’ala berfirman:
شَهرُ رَمَضانَ الَّذى أُنزِلَ فيهِ القُرءانُ هُدًى لِلنّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِنَ الهُدىٰ وَالفُرقانِ…
“(Beberapa hari yang ditentukan itu
ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan)
al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan
mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang haq dan yang bathil)…” (QS. Al_Baqarah: 185)
Bulan yang diliputi dengan rahmat,
ampunan, dan pembebasan dari Neraka. Awalnya adalah rahmat, tengahnya
adalah ampunan, dan akhirnya adalah pembebasan dari Neraka (1). Keutamaannya telah masyhur disebutkan dalam hadits dan atsar yang mutawatir.
Disebutkan dalam ash-Shahihain dari Abu Hurairah radiallahu’anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إذا جاء رمضان فُتّحت أبواب الجنة ، وغُلّقت أبواب النار ، وصُفّدت الشياطين
“Apabila Ramadhan tiba, maka pintu-pintu Surga dibuka, pintu-pintu Neraka ditutup, dan syaitan-syaitan dibelenggu.”
Pintu-pintu Surga dibuka pada bulan
tersebut disebabkan oleh banyaknya amal shalih yang dikerjakan,
sekaligus untuk memotivasi ummat Islam supaya melakukan kebaikan.
Pintu-pintu Neraka ditutup disebabkan sedikitnya dosa yang dilakukan
oleh orang beriman. Syaitan-syaitan diikat, lalu dibelenggu, tidak
dibiarkan lepas seperti dalam bulan-bulan selain Ramadhan.
Imam Ahmad telah meriwayatkan dari Abu Hurairah radiallahu’anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
أُعْطِيَتْ أمَّتِي خمسَ
خِصَال في رمضانَ لم تُعْطهُنَّ أمَّةٌ من الأمَم قَبْلَها؛ خُلُوف فِم
الصائِم أطيبُ عند الله من ريح المسْك، وتستغفرُ لهم الملائكةُ حَتى
يُفطروا، ويُزَيِّنُ الله كلَّ يوم جَنتهُ ويقول: يُوْشِك عبادي الصالحون
أن يُلْقُواْ عنهم المؤونة والأذى ويصيروا إليك، وتُصفَّد فيه مَرَدةُ
الشياطين فلا يخلُصون إلى ما كانوا يخلُصون إليه في غيرهِ، ويُغْفَرُ لهم
في آخر ليلة، قِيْلَ يا رسول الله أهِيَ ليلةُ القَدْرِ؟ قال: لاَ ولكنَّ
العاملَ إِنما يُوَفَّى أجْرَهُ إذا قضى عَمَلَه
“Ummatku diberikan lima hal yang belum
pernah diberikan kepada ummat-ummat sebelumnya ketika ramadhan: (1) Bau
mulut orang yang berpuasa itu lebih baik dari wangi misik di sisi Allah.
(2) Para Malaikat beristigfar untuk mereka hingga berbuka. (3) Allah
memperindah Surga-Nya setiap hari, seraya berfirman kepadanya:
‘Hampir-hampir para hamba-Ku yang shalih akan mencampakkan berbagai
kesukaran dan penderitaan lalu kembali padamu’. (4) Syaitan-syaitan
durjana dibelenggu, tidak dibiarkan lepas seperti dalam bulan-bulan
selain ramadhan. (5) Mereka akan mendapatkan ampunan di akhir malam.’
Ada yang bertanya, ‘Wahai Rasulullah apakah itu terjadi pada malam
Lailatul Qodar?’ Beliau menjawab, ‘Bukan. Namun pelaku kebaikan akan
disempurnakan pahalanya seusai menyelesaikan amalannya.’” (2)
Saudara-saudaraku, ini adalah lima
perkara yang Allah persiapkan untuk kita. Dengan lima perkara tersebut
kita mendapat kekhususan dari Allah diantara ummat-ummat lainnya. Itu
semua diberikan agar Allah menyempurnakan berbagai nikmat-nikmat-Nya
kepada kita. Sungguh, betapa banyak nikmat dan keutamaan yang Allah
telah berikan kepada kita, sebagaimana firman-Nya:
كُنتُم خَيرَ أُمَّةٍ أُخرِجَت لِلنّاسِ تَأمُرونَ بِالمَعروفِ وَتَنهَونَ عَنِ المُنكَرِ وَتُؤمِنونَ بِاللَّهِ…
“Kamu adalah umat yang terbaik yang
dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari
yang mungkar, dan beriman kepada Allah…” (QS. Ali-’Imran:110).
Perkara Pertama
Bau mulut orang yang berpuasa itu lebih baik dari wangi misik disisi Allah (3). Kata (الخُلُوف), huruf kha’-nya bisa dibaca dengan fathah, atau dhammah, artinya adalah perubahan bau mulut ketika lambung kosong dari makanan. Ini adalah bau yang dibenci oleh manusia, namun ia lebih wangi dari misik disisi Allah, sebab ia terlahir dari ibadah dan ketaatan kepada Allah. Apa saja yang timbul dari ibadah dan ketaatan kepada-Nya tentu akan dicintai oleh-Nya, dan pelakunya akan diberikan sesuatu yang lebih baik sebagai gantinya. Tidakkah engkau lihat bahwa orang yang mati syahid di jalan Allah dalam rangka meninggikan kalimat-Nya itu akan datang di hari Kiamat dengan darah yang mengalir, warnanya adalah warna darah, namun baunya adalah wangi misik?
Bau mulut orang yang berpuasa itu lebih baik dari wangi misik disisi Allah (3). Kata (الخُلُوف), huruf kha’-nya bisa dibaca dengan fathah, atau dhammah, artinya adalah perubahan bau mulut ketika lambung kosong dari makanan. Ini adalah bau yang dibenci oleh manusia, namun ia lebih wangi dari misik disisi Allah, sebab ia terlahir dari ibadah dan ketaatan kepada Allah. Apa saja yang timbul dari ibadah dan ketaatan kepada-Nya tentu akan dicintai oleh-Nya, dan pelakunya akan diberikan sesuatu yang lebih baik sebagai gantinya. Tidakkah engkau lihat bahwa orang yang mati syahid di jalan Allah dalam rangka meninggikan kalimat-Nya itu akan datang di hari Kiamat dengan darah yang mengalir, warnanya adalah warna darah, namun baunya adalah wangi misik?
Demikian juga ketika haji, Allah membanggakan orang-orang yang wuquf di ‘Arafah kepada malaikat-Nya.
Allah subhanahu wata’ala berfirman:
Allah subhanahu wata’ala berfirman:
انظروا إلى عبادي، جاؤوني شعثاً غبراً
“Lihatlah para hamba-Ku. mereka datang kepada-Ku dalam keadaan rambut kusut dan berdebu.” (HR. Ahmad dan Ibnu Hibban dalam shahihnya). (4)
Rambut kusut dalam kondisi ini dicintai
oleh Allah karena ia timbul disebabkan ketaatan kepada Allah dengan
meninggalkan larangan-larangan dalam ihram dan kemewahan hidup.
Perkara Kedua
Para malaikat akan beristigfar untuk orang-orang yang mengerjakan ibadah puasa hingga mereka berbuka. Para malaikat adalah para hamba-Nya yang dimuliakan disisi-Nya, di mana Allah menyifati mereka dengan firman-Nya:
Para malaikat akan beristigfar untuk orang-orang yang mengerjakan ibadah puasa hingga mereka berbuka. Para malaikat adalah para hamba-Nya yang dimuliakan disisi-Nya, di mana Allah menyifati mereka dengan firman-Nya:
لا يَعصونَ اللَّهَ ما أَمَرَهُم وَيَفعَلونَ ما يُؤمَرونَ ﴿٦﴾
Yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahriim: 6)
Maka sungguh layak jika Allah subhanahu
wata’ala mengabulkan doa para Malaikat untuk orang yang berpuasa. Sebab,
mereka pun memang telah diizinkan untuk itu . Allah mengizinkan para
malaikat untuk beristigfar bagi mereka adalah dalam rangka mengangkat,
meninggikan penyebutan, serta menjelaskan keutamaan puasa ummat ini.
Makna istigfar adalah meminta ampunan,
yaitu dengan menutupi dan memaafkan dosa, baik di dunia maupun di
akhirat. Ini adalah keinginan sekaligus tujuan yang tertinggi. Seluruh
anak Adam pasti sering berbuat salah dan bersikap melampaui batas
terhadap diri mereka sendiri. Mereka benar-benar membutuhkan ampunan
dari Allah subhanahu wata’ala.
Perkara ketiga
Allah memperindah surga setiap hari, sebagai persiapan untuk para hamba-Nya yang shalih, dalam rangka memotivasi mereka untuk memasukinya.
Allah memperindah surga setiap hari, sebagai persiapan untuk para hamba-Nya yang shalih, dalam rangka memotivasi mereka untuk memasukinya.
Allah subhanahu wata’ala berfirman kepada Surga:
يُوْشِك عبادي الصالحون أن يُلْقُواْ عنهم المؤونة والأذى
“Hampir-hampir para hamba-Ku yang shalih akan mencampakkan berbagai kesukaran dan penderitaan.”
Yang dimaksud dengan hadits ini adalah
mereka mencampakkan kesukaran, kelebihan dan penderitaan dunia, serta
giat melakukan amal shalih yang mengantarkan mereka kepada Surga,
sekaligus mengandung kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat.
Perkara keempat
Syaitan-syaitan pembangkang diikat dengan rantai dan belenggu (5), sehingga mereka tidak bisa menyesatkan hamba-hamba Allah yang shalih dari kebenaran, dan mencegah mereka dari kebaikan. Ini adalah salah satu pertolongan Allah kepada mereka. Musuh mereka diikat, sehingga tidak bisa mengajak golongannya untuk menjadi penghuni Neraka yang menyala-nyala. Oleh sebab itu, dapat engkau saksikan bahwa orang-orang shalih mempunyai keinginan yang lebih tinggi untuk melakukan kebaikan dan menahan diri dari kejelekan dibandingkan pada bulan-bulan lainnya.
Syaitan-syaitan pembangkang diikat dengan rantai dan belenggu (5), sehingga mereka tidak bisa menyesatkan hamba-hamba Allah yang shalih dari kebenaran, dan mencegah mereka dari kebaikan. Ini adalah salah satu pertolongan Allah kepada mereka. Musuh mereka diikat, sehingga tidak bisa mengajak golongannya untuk menjadi penghuni Neraka yang menyala-nyala. Oleh sebab itu, dapat engkau saksikan bahwa orang-orang shalih mempunyai keinginan yang lebih tinggi untuk melakukan kebaikan dan menahan diri dari kejelekan dibandingkan pada bulan-bulan lainnya.
Perkara kelima
Allah mengampuni umat Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam di tiap akhir malam pada bulan ini (6). Jika mereka melaksanakan apa yang seharusnya dikerjakan pada bulan ini, berupa puasa dan shalat. Allah akan memberikan karunia dengan menyempurnakan pahala mereka pada saat mereka selesai mengerjakan amal-amal mereka, karena sesungguhnya orang yang beramal itu akan disempurnakan pahala amalannya setelah ia selesai mengerjakannya.
Allah mengampuni umat Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam di tiap akhir malam pada bulan ini (6). Jika mereka melaksanakan apa yang seharusnya dikerjakan pada bulan ini, berupa puasa dan shalat. Allah akan memberikan karunia dengan menyempurnakan pahala mereka pada saat mereka selesai mengerjakan amal-amal mereka, karena sesungguhnya orang yang beramal itu akan disempurnakan pahala amalannya setelah ia selesai mengerjakannya.
Allah subhanahu wata’ala memberi karunia kepada para hamba-Nya dengan pahala tersebut dari tiga sisi:
Pertama: Allah mensyari’atkan
amal-amal shalih kepada mereka sebagai sebab terampuninya dosa dan
terangkatnya derajat mereka. Sekiranya Allah tidak mensyari’atkan hal
itu, tentulah mereka tidak beribadah kepada-Nya dengan amal-amal shalih
tersebut. Sebab, ibadah itu tidak diambil melainkan dari wahyu Allah
kepada Rasul-Nya. Oleh karena itu, Allah mengingkari orang yang
mengada-adakan syari’at selain diri-Nya. dan menjadikan hal tersebut
sebagai kesyirikan.
Allah subhanahu wata’ala berfirman:
أَم لَهُم شُرَكٰؤُا۟ شَرَعوا لَهُم مِنَ الدّينِ ما لَم يَأذَن بِهِ اللَّهُ
Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah?… (QS. Asy-Syuura:21)
Kedua: Mereka diberi taufiq oleh
Allah untuk mengerjakan amal shalih yang sudah ditinggalkan oleh
kebanyakan manusia. Sekiranya bukan karena taufiq dan pertolongan Allah
kepada mereka, tentulah mereka tidak akan mengerjakannya. Hanya milik
Allah-lah segala keutamaan dan karunia dalam hal ini.
يَمُنّونَ عَلَيكَ أَن
أَسلَموا ۖ قُل لا تَمُنّوا عَلَىَّ إِسلٰمَكُم ۖ بَلِ اللَّهُ يَمُنُّ
عَلَيكُم أَن هَدىٰكُم لِلإيمٰنِ إِن كُنتُم صٰدِقينَ ﴿١٧﴾
“Mereka merasa telah memberi nikmat
kepadamu dengan keislaman mereka. Katakanlah: “”Janganlah kamu merasa
telah memberi nikmat kepadaku dengan keislamanmu, sebenarnya Allah
Dialah yang melimpahkan nikmat kepadamu dengan menunjuki kamu kepada
keimanan jika kamu adalah orang-orang yang benar.”" (QS. Al-Hujuraat: 17).
Ketiga: Allah memberi karunia
dengan pahala yang banyak. Satu kebaikan dibalas dengan sepuluh hingga
tujuh ratus kali lipat, bahkan jauh lebih banyak dari itu. Karunia
berupa amalan dan pahala adalah dari Allah semata, segala puji bagi-Nya.
Dia-lah pemilik, pemelihara, dan pengatur alam semesta.
Saudara-saudaraku, ramadhan adalah
nikmat yang besar bagi orang-orang yang mendapati dan menunaikan haknya.
Yaitu dengan kembali kepada Rabb-nya, dari kemaksiatan menuju ketaatan
kepada-Nya, dari kelalaian menuju ingat kepada-Nya, dan dari jauhnya
diri menuju taubat kepada-Nya.
Disebutkan dalam syair:
يا ذا الذي ماكفاه الذنب في رجب ** حتى عصى ربه في شهر شعبان
لقد أظلك شهر الصوم بعدهما** فلا تصيره أيضا شهر عصيان
واتل القران وسبح فيه مجتهدا ** فإنه شهر تسبيح وقرآن
كم كنت تعرف ممن صام في سلف ** من بين أهل وجيران وإخوان
أفناهم الموت واستبقاك بعدهم ** حيا فما أقرب القاصي من الداني
Wahai orang yang di bulan rajab tidak menghentikan dosa,
hingga ia mendurhakai Robb-nya di bulan sya’ban
Sesungguhnya bulan puasa menaungimu setelah keduanya,
janganlah engkau jadikan juga sebagai bulan kemaksiatan
Bacalah Al-quran dan bertasbihlah dengan sungguh-sungguh,
karena sesungguhnya ia adalah bulan tasbih dan Al-quran
betapa banyak yang engkau mengenal para pendahulumu berpuasa,
dari kalangan keluarga, tetangga, dan saudara
Maut menyirnakan mereka, membiarkanmu hidup sepeninggalan mereka,
yang jauh akan menjadi dekat, alangkah cepatnya.
hingga ia mendurhakai Robb-nya di bulan sya’ban
Sesungguhnya bulan puasa menaungimu setelah keduanya,
janganlah engkau jadikan juga sebagai bulan kemaksiatan
Bacalah Al-quran dan bertasbihlah dengan sungguh-sungguh,
karena sesungguhnya ia adalah bulan tasbih dan Al-quran
betapa banyak yang engkau mengenal para pendahulumu berpuasa,
dari kalangan keluarga, tetangga, dan saudara
Maut menyirnakan mereka, membiarkanmu hidup sepeninggalan mereka,
yang jauh akan menjadi dekat, alangkah cepatnya.
Ya Allah, bangunkanlah kami dari tidur
dalam kelalaian, berilah taufiq kepada kami untuk berbekal dengan taqwa
sebelum akhirnya berpindah (ke alam lain (meninggal)). Berilah rizki
kepada kami untuk memanfaatkan waktu dan ketenangan. Ampunilah kami
kedua orang tua kami, dan seluruh kaum muslimin dengan rahmat-Mu, wahai
Dzat yang maha penyayang diantara para penyayang. Shalawat dan salam
semoga senantiasa tercurah kepada Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam, beserta keluarga dan para Sahabatnya.
Disalin dari buku:
Majelis Bulan Ramadhan
Syaikh Muhammad bin Shalih al-’Utsaimin
Majelis Bulan Ramadhan
Syaikh Muhammad bin Shalih al-’Utsaimin
Footnote:
1. Hadits mengenai awal bulan Ramadhan adalah rahmat, tengahnya adalah ampunan, dan akhirnya adalah pembebasan dari Neraka adalah dha’if. Lihat Dha’iif at-Targhiib wat Tarhiib (I/297), karya Syaikh al-Albani.
1. Hadits mengenai awal bulan Ramadhan adalah rahmat, tengahnya adalah ampunan, dan akhirnya adalah pembebasan dari Neraka adalah dha’if. Lihat Dha’iif at-Targhiib wat Tarhiib (I/297), karya Syaikh al-Albani.
2. Diriwayatkan oleh
al-Bazzar dan al-Baihaqi dalam kitab ats-Tsawaab. Sanadnya lemah sekali.
Namun sebagian lafadz hadits tersebut mempunyai beberapa syahid
(penguat) yang shahih.
3. Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim, tanpa menyebutkan bahwa ia merupakan kekhususan ummat ini.
4. Shahih dengan beberapa syahid
5. Al-Bukhari dan
Muslim meriwayatkan dengan lafadz: “Syaitan-syaitan di belenggu.” Ibnu
Khuzaimah dengan lafadz: “Syaitan-syaitan dari golongan jin
pembangkang.” Dan dalam riwayat an-Nasa-i: “Syaitan-syaitan yang
membangkang.” Semua riwayat tersebut berasal dari Abu Hurairah, tanpa
disebutkan tentang pengkhususan ummat ini.
6. Al-Baihaqi
menyebutkan riwayat yang semisalnya dari hadits Jabir. Al-Mundziri
berkomentar: “Sanadnya muqarib (hampir bisa dijadikan hujjah), lebih
shahih dari yang sebelumnya.” Maksudnya, ia lebih shahih daripada hadits
Abu Hurairah yang telah disebutkan sebelumnya. (Padahal dalam sanad
hadits ada Jabir Zaid al-’Ami, ia seorang yang dha’if. Demikianlah yang
diisyaratkan oleh Syaikh al-Albani, silahkan merujuk Dha’iif at-Targhiib
wat Tarhiib (I/296)).
0 komentar:
Posting Komentar